Beberapa Prinsip Doktrin Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Imam Abdul Qodir Al-Baghdadi
dalam Al-Farqu Baina al-Firaq menyebutkan ada 15 (lima belas) prinsip
doktrin Islam Sunni.
1.
Masalah hakikat wujud (substansi) dan pengetahuan.
2.
Masalah hakikat dan status alam
3.
Masalah mengetahui Pencipta alam dan sifat-sifat-Nya
4.
Masalah sifat-sifat Allah yang azali
5.
Masalah mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah
6.
Masalah keadilan Allah
7.
Masalah mengetahui para Rasul dan Nabi.
8.
Masalah Mu’jizat para Nabi dan Keramat para Wali
9.
Masalah Rukun agama Islam yang disepakati umat Sunni
10. Masalah hukum, Amar, Nahi dan
Taklif
11. Masalah sirnanya makhluq dan
hukum mereka di akhirat
12. Masalah khilafah, Imamah dan
syarat-syarat kepemimpinan
13. Masalah hukum Iman dan Islam
14. Masalah hukum para Wali dan
tingkatan imam al-Muttaqin
15. Masalah lawan orang Islam
Menurut Prof. Dr. KH. Tholchah
Hasan, dari sekian doktrinal Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut, ada 9 /beberapa doktrin yang menonjol dan populer, yaitu:
1. Masalah sifat-sifat Allah, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat
“sifat-sifat tersebut bukan “zat Allah” dan diluar “zalt Allah”
sebaliknya Mu’tazilah tidak mengkui sifat-sifat Allah, yang diakui hanyalah zat
Alllah.
2. Al-Qur’an sebagai kalam Allah, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat” Al-Qur’an
adalah Kalam Allah (Qodim) bukan makhluq, sebaliknya Mu’tazilah
mengatakan Al-Qur’an adalah Makhluq.
3. Tentang perbuatan manusia, Al-Asy’ari berpendat perbuatan manusia diciptakan
Allah s.w.t. (Al-Kasbu= adanya daya tapi tidak efektif) dan Al-Maturidi
berpendapat sebaliknya: (Al-Kasbu= adanya daya yang diberikan oleh Allah خلق
الأستطاعة dan efektif استعمال الأستطاعة).
4. At-Tajsim atau Antromorfisme, Al-Asy’ari menggunakan تفويض (hakikat maknanya diserahkan Allah) dan تأويل (pemaknaan dengan arti lain) Al-Maturidi
dan Al-Juwaini menggunakan تأويل.
5. Melihat Allah di akhirat, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat” melihat Allah
diakhirat adalah dengan mata kepala. (Q.S. Al-Qiyamah ayat 22 dan 23),
Mu’tazilah berpendapat sebaliknya.
6. Status orang mukmin yang
berdosa besar, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi
berpendapat, mereka tetap mukmin, tapi fasiq, kecuali bila bertaubat. Mu’tazilah
mengatakan mereka bukan mukmin dan bukan pula kafir (ألمنزلة
بين المنزلتين).
7. Tentang kedudukan dan otorita
akal, Al-Asy’ari berpendapat “akal
tidak mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang jelek tanpa ukuran wahyu”,
dan Al-Maturidi berpendapat ” akal mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang
jelek tanpa ukuran wahyu, tapi untuk mengetahui yang baik dan yang buruk harus
melalui wahyu”. Mu’tazilah mengatakan “untuk menetapkan yang baik dan yang
buruk tidak memerlukan dalil wahyu, tapi cukup dengan akal”.
8. Tentang keadilan Allah, Al-Asy’ari menolak konsep أ لوعد والوعيد (keharusan memenuhi janji dan
ancaman) dan sebaliknya Al-Maturidi menerima konsep tersebut sama halnya dengan
Mu’tazilah (Q.S. Al-Baqarah :80, Al-Haj: 47, Al-Rum:6).
9. Tentang Imamah (kepemimpinan), Dalam penetapannya menggunakan
proses dan prosedur pemilihan atau penunjukan yang dilakukan oleh umat, seorang
imam itu harus memenuhi kualifikasi (persyaratan) : pengetahuan, keadilan,
sehat rohani dan jasmani, berkemampuan serta bernasab Quraisy. Hal ini berbeda dengan Syi’ah yang menggunakan sistem washiyat atau
nash.
Memahami
aswaja dengan 3 (tiga) pendekatan :
1.
Pendekatan
Historis.
a.
Masa Rosul
Muhammad SAW.
b.
Wafatnya 11 H /
632 M. ( memunculkan teologi kepemimpinan )
c.
Pemberontakan
yang berakhir dengan kewafatan Kholifah ke-3, Usman bin Affan R.A. dan Ali bin
Abi Thlolib R.A.
2.
Pendekatan
Kultural (muncul dan berkembangnya “ Ilmu Kalam “ dan polarisasi perseptif
antara para ahli hadits, ahli fiqh, ahli kalam dan ahli tashawuf mewarnai
cakrawala keilmuan Islam.
Dalil Naqli → Dalil Aqli ( ta’wil, tafsir dan tafwidl )
|
3.
Pendekatan
Doktrinal: Aqidah
-
,
|
Syariah /
Fiqhiyah
|
Akhlaq/Tashawuf
Firqoh-Firqoh
Dalam Teologi Islam
Firqa (golongan) sebagaimana
prediksi Nabi Muhammad saw, dijelaskanoleh Syaikh Sayid Abdurrahman bin
Muhammad bin Husen bin Umar Ba ‘Alawi
dalam Bughiyatul Mustarsyidin hal 398, antara lain
1.
Syi’ah (kaum
yang berlebihan mengkultuskan Sayidina Ali Karama Allahu wajhahu) berpecah
belah menjadi 22 aliran
2.
Khawarij (kaum yang membenci Sayidina ’Ali Kw dan bahkan
mengkafirkannya ), berpecah belah menjadi 20
aliran
3.
Mu’tazilah (kaum yang memiliki faham bahwa Allah tidak mempunyai
sifat, bahwa manusia memiliki potensi, daya, karsa/karya sendiri dan manusia
yang berdosa besar menempati manzilah bainal manzilataini dan Allah tidak bisa
dilihat walaupun di sorga) Mu’tazilah berpecah belah menjadi 20 aliran
4.
Murji’ah (kaum yang memiliki keyakinan bahwa berbuat maksiyat
(kedurhakaan) tidak memiliki dapak/efek kalau ia beriman, sebagaimana kebajikan
ketika ia kafir, kelompok ini berpecah belah menjadi 5
aliran.
5.
Najariyah (kaum yang merkeyakinan bahwa perbuatan manusia adalah
makhluq dan Alllah tidak memiliki sifat) berpecah belah menjadi 3 aliran
6.
Jabariyah (kaum yang berkeyakinan bahwa manusia adalah majbur/tidak
memiliki daya apapun)
7.
Musyabbihah (kaum yang berkeyakinan bahwa antara Allah dengan
manusia ada keserupaan, seperti bertangan dan berkaki)
Syiah :
22
Khawarij :
20
Mu’tazilah : 20
Murji’ah : 5
Najjariyah : 3
Jabariyah : 1
Mujassimah : 1
Aswaja :
1
Jumlah :
73
Tidak ada komentar:
Posting Komentar