Kamis, 02 April 2015

Prinsip ASWAJA (Ahlu Sunnah Wal Jama'ah)




Beberapa Prinsip Doktrin Ahlussunnah Wal Jama’ah

Imam Abdul Qodir Al-Baghdadi dalam Al-Farqu Baina al-Firaq menyebutkan ada 15 (lima belas) prinsip doktrin Islam Sunni.
1.           Masalah hakikat wujud (substansi) dan pengetahuan. 
2.           Masalah hakikat dan status alam
3.           Masalah mengetahui Pencipta alam dan sifat-sifat-Nya
4.           Masalah sifat-sifat Allah yang azali
5.           Masalah mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah
6.           Masalah keadilan Allah
7.           Masalah mengetahui para Rasul dan Nabi.
8.           Masalah Mu’jizat para Nabi dan Keramat para Wali
9.           Masalah Rukun agama Islam yang disepakati umat Sunni
10.       Masalah hukum, Amar, Nahi dan Taklif
11.       Masalah sirnanya makhluq dan hukum mereka di akhirat
12.       Masalah khilafah, Imamah dan syarat-syarat kepemimpinan
13.       Masalah hukum Iman dan Islam
14.       Masalah hukum para Wali dan tingkatan imam al-Muttaqin
15.       Masalah lawan orang Islam
Menurut Prof. Dr. KH. Tholchah Hasan, dari sekian doktrinal Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut, ada 9 /beberapa doktrin yang menonjol dan populer, yaitu:
1.       Masalah sifat-sifat Allah, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat “sifat-sifat tersebut bukan “zat Allah” dan diluar “zalt Allah” sebaliknya Mu’tazilah tidak mengkui sifat-sifat Allah, yang diakui hanyalah zat Alllah.
2.       Al-Qur’an sebagai kalam Allah, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat” Al-Qur’an adalah Kalam Allah (Qodim) bukan makhluq, sebaliknya Mu’tazilah mengatakan Al-Qur’an adalah Makhluq.
3.       Tentang perbuatan manusia, Al-Asy’ari berpendat perbuatan manusia diciptakan Allah s.w.t. (Al-Kasbu= adanya daya tapi tidak efektif) dan Al-Maturidi berpendapat sebaliknya: (Al-Kasbu= adanya daya yang diberikan oleh Allah  خلق الأستطاعة     dan efektif   استعمال الأستطاعة).
4.       At-Tajsim atau Antromorfisme, Al-Asy’ari menggunakan  تفويض (hakikat maknanya diserahkan Allah) dan تأويل  (pemaknaan dengan arti lain) Al-Maturidi dan Al-Juwaini menggunakan تأويل.
5.       Melihat Allah di akhirat, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat” melihat Allah diakhirat adalah dengan mata kepala. (Q.S. Al-Qiyamah ayat 22 dan 23), Mu’tazilah berpendapat sebaliknya.
6.       Status orang mukmin yang berdosa besar, Al-Asy’ari dan Al-Maturidi berpendapat, mereka tetap mukmin, tapi fasiq, kecuali bila bertaubat. Mu’tazilah mengatakan mereka bukan mukmin dan bukan pula kafir (ألمنزلة بين المنزلتين).
7.       Tentang kedudukan dan otorita akal, Al-Asy’ari berpendapat “akal tidak mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang jelek tanpa ukuran wahyu”, dan Al-Maturidi berpendapat ” akal mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang jelek tanpa ukuran wahyu, tapi untuk mengetahui yang baik dan yang buruk harus melalui wahyu”. Mu’tazilah mengatakan “untuk menetapkan yang baik dan yang buruk tidak memerlukan dalil wahyu, tapi cukup dengan akal”.
8.       Tentang keadilan Allah, Al-Asy’ari menolak konsep أ لوعد والوعيد (keharusan memenuhi janji dan ancaman) dan sebaliknya Al-Maturidi menerima konsep tersebut sama halnya dengan Mu’tazilah (Q.S. Al-Baqarah :80, Al-Haj: 47, Al-Rum:6).
9.       Tentang Imamah (kepemimpinan), Dalam penetapannya menggunakan proses dan prosedur pemilihan atau penunjukan yang dilakukan oleh umat, seorang imam itu harus memenuhi kualifikasi (persyaratan) : pengetahuan, keadilan, sehat rohani dan jasmani, berkemampuan serta bernasab Quraisy. Hal ini berbeda dengan Syi’ah yang menggunakan sistem washiyat atau nash.
Memahami aswaja dengan 3 (tiga) pendekatan :
1.    Pendekatan Historis.
a.    Masa Rosul Muhammad SAW.
b.    Wafatnya 11 H / 632 M. ( memunculkan teologi kepemimpinan )
c.    Pemberontakan yang berakhir dengan kewafatan Kholifah ke-3, Usman bin Affan R.A. dan Ali bin Abi Thlolib R.A.
2.    Pendekatan Kultural (muncul dan berkembangnya “ Ilmu Kalam “ dan polarisasi perseptif antara para ahli hadits, ahli fiqh, ahli kalam dan ahli tashawuf mewarnai cakrawala keilmuan Islam.
Dalil  Naqli    Dalil  Aqli ( ta’wil, tafsir dan tafwidl )
Abu Hasan Al-Asy’ari dan
Abu Mansur Al-Maturidi
 
     Salaf               Kholaf
3.    Pendekatan Doktrinal:  Aqidah                                               - ,
Madzahib Al-Arba’ah
Hanafi, Maliki, Syaf’I dan Ahmad bin Hanbal
 
                                         
    Syariah / Fiqhiyah
Abul Qosim Al-Junaiodi Al-Baghdadi dan
Abu Hamid Al-Ghozali
 
  
    Akhlaq/Tashawuf



Firqoh-Firqoh Dalam Teologi Islam
            Firqa (golongan) sebagaimana prediksi Nabi Muhammad saw, dijelaskanoleh Syaikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husen  bin Umar Ba ‘Alawi dalam Bughiyatul Mustarsyidin hal 398, antara lain
1.    Syi’ah (kaum yang berlebihan mengkultuskan Sayidina Ali Karama Allahu wajhahu) berpecah belah menjadi 22 aliran
2.    Khawarij (kaum yang membenci Sayidina ’Ali Kw dan bahkan mengkafirkannya ), berpecah belah menjadi 20 aliran
3.    Mu’tazilah (kaum yang memiliki faham bahwa Allah tidak mempunyai sifat, bahwa manusia memiliki potensi, daya, karsa/karya sendiri dan manusia yang berdosa besar menempati manzilah bainal manzilataini dan Allah tidak bisa dilihat walaupun di sorga) Mu’tazilah berpecah belah menjadi 20 aliran
4.    Murji’ah (kaum yang memiliki keyakinan bahwa berbuat maksiyat (kedurhakaan) tidak memiliki dapak/efek kalau ia beriman, sebagaimana kebajikan ketika ia kafir, kelompok ini berpecah belah menjadi 5 aliran.
5.    Najariyah (kaum yang merkeyakinan bahwa perbuatan manusia adalah makhluq dan Alllah tidak memiliki sifat) berpecah belah menjadi 3 aliran
6.    Jabariyah (kaum yang berkeyakinan bahwa manusia adalah majbur/tidak memiliki daya apapun)
7.    Musyabbihah (kaum yang berkeyakinan bahwa antara Allah dengan manusia ada keserupaan, seperti bertangan dan berkaki)  
Syiah           : 22
Khawarij      : 20
Mu’tazilah   : 20
Murji’ah       :  5
Najjariyah    :  3
Jabariyah    :  1
Mujassimah :  1
Aswaja        :  1
Jumlah        : 73